gravatar

Rumah Perubahan : Mengelola Sampah Menjadi Duit ala Rhenald Kasali



Banyak orang menganggap bahwa penulis buku, pertama-tama dan terutama, akan berharap mendapatkan imbalan uang dari kelarisan bukunya. Namun, Rhenald Kasali, pengajar dan penulis buku-buku manajemen yang laris di pasaran, berharap hal yang sama sekali berbeda. Setiap kali menulis buku, ia ingin orang-orang yang membaca bukunya mengubah cara berpikir.

Perubahan. Itulah kata kunci yang selalu hadir di setiap bukunya. Bahkan, dua dari 14 buku yang ditulisnya sejak tahun 1988 mencantumkan kata change (perubahan) di dalam judulnya, misalnya Change! (2005) dan Re-Code Your Change DNA (2007). Memang, menurut Rhenald Kasali sendiri, perubahan adalah nature atau sifat asli dirinya.

Ketika seseorang ingin mengubah lingkungan sekitarnya, maka yang pertama harus dilakukan ialah mengubah dirinya sendiri. Perubahan diri itu sudah dilakukannya sejak usia belia. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, di antara lima bersaudara dalam keluarga, hanya ia yang berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu meskipun dengan keadaan ekonomi yang sangat terbatas.

Pilihan untuk mengajar dan menulis pun merupakan keinginan diri untuk bisa memberikan inspirasi tentang perubahan, baik kepada anak didiknya maupun pembaca luas.

Berubah atau mati

Berubah atau mati. Itulah kutipan dari buku berjudul Change! yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada tahun 2005. Buku setebal 434 halaman itu memuat secara lengkap sejarah, filosofi, dan konsep dasar perubahan serta bagaimana seseorang atau sebuah perusahaan seharusnya mengelola perubahan.

Menurut dia, banyak orang telah terperangkap oleh kesuksesan masa lalu sehingga enggan untuk berubah. Padahal, persoalan demi persoalan yang datang menuntut seseorang atau sebuah perusahaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari yang pernah dilakukannya.

Buku yang telah terjual hingga cetakan ke-9 dan mencapai angka 75.000 eksemplar ini dilengkapi pula dengan kata-kata mutiara perubahan yang dapat membuat pembaca mampu memahami manajemen perubahan dan harapan.

Buku lainnya, berjudul Re-Code Your Change DNA, yang juga diterbitkan oleh GPU, berhasil menginspirasi orang. Suatu ketika ada seorang laki-laki yang tidak dikenal Rhenald datang menghampirinya. Orang itu minta izin kepadanya untuk memasang poster iklan buku Re-Code di restorannya.

"Ternyata, menurut orang itu, dia membaca buku saya dan mempraktikkan untuk restorannya sendiri," tutur Rhenald.

Restoran itu terletak di Jalan Gajah Mada, Jakarta, dan sempat beberapa lama tidak beroperasi. Namun, restoran itu kini hidup kembali dan bahkan memasang foto Rhenald di daftar menunya.

Hal terpenting baginya adalah semakin banyak orang mengubah cara berpikirnya untuk kehidupan yang lebih baik. "The only thing that change is change. Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Yang abadi adalah perubahan," papar Ketua Program Magister Manajemen Universitas Indonesia ini.

Antusiasme pembaca buku-buku Rhenald Kasali terhadap ide perubahan yang dituangkan dalam buku-bukunya tampak jelas dari respons yang diberikan berbagai kelompok di masyarakat. Salah satunya adalah dari masyarakat Buddhis di Indonesia. Ia pernah diundang berbicara tentang buku Change di hadapan kelompok ini.

Menurut mereka, filosofi perubahan itu adalah filosofi yang dianut oleh Sidharta Buddha Gautama. Tak heran jika banyak umat Buddhis yang menjadi pembaca setia buku-bukunya. Bahkan, mereka menawarkan kepada Rhenald untuk mengadakan peluncuran buku berikutnya, yaitu Re-Code Your Change DNA, bersama-sama dengan pertemuan akbar umat Buddhis Indonesia.

"Jadilah saya terpacu menyelesaikan buku itu segera. Kalau tidak salah, buku itu terbit pada 13 Januari 2007 dan diluncurkan pada 15 Januari 2007 bersamaan dengan pertemuan akbar yang dihadiri ribuan umat Budhdis di Jakarta Convention Center," ungkapnya. Hasilnya luar biasa. Pada hari itu ribuan bukunya habis terjual. Sebagian besar peserta pulang dengan menenteng buku setebal 270 halaman. Menurut catatan penerbitnya, hingga kini buku itu telah terjual 40.000 eksemplar.

Kepuasan yang luar biasa dirasakannya ketika banyak orang terpengaruh isi buku-bukunya. Menurut dia, itulah "imbalan" yang lebih besar dibandingkan dengan imbalan dalam bentuk uang.

"Kalau imbalan royalti memang cukup bagus untuk income keluarga. Tetapi, sangat keliru kalau orang hanya menilai secara materi. Orang tidak akan bahagia kalau hanya melihat uangnya saja," ungkap ayah Fin Yourdan Kasali dan Adam Makalani Kasali ini.

Lingkungan membentuk

Menulis buku yang menginspirasi banyak orang tentunya bukan hal yang mudah. Lantas bagaimana ia dapat menghasilkan buku-buku yang diminati banyak orang? Bagi Rhenald Kasali, tema-tema yang dipilihnya untuk ditulis menjadi sebuah buku utuh muncul dari interaksinya dengan lingkungan yang selama ini diakrabinya.

"Awalnya, saya adalah orang marketing. I love marketing. Prinsip saya adalah selalu mencintai pekerjaan yang sedang saya jalani," paparnya lebih jauh. Dengan prinsip tersebut ia mendalami bidang tersebut, bahkan hingga mengambil jenjang doktoral di Amerika Serikat.

Ada suatu masa ia merasa ada yang salah dengan bidang marketing. "Ketika saya sudah mendalami banyak teori marketing, saya melihat bahwa marketing cenderung menjadi ilmu yang statis. Banyak perusahaan menerapkan teknik-teknik marketing seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pengetahuan mereka sudah banyak sekali, tetapi perusahaan-perusahaan itu toh mengalami kolaps," paparnya.

Kecenderungan yang dilihatnya adalah marketing dijadikan sebatas pengetahuan. Hal ini terjadi, menurut dia, karena basis organisasi yang menjalankan marketing itu tidak benar. Dari situlah awalnya ia mulai menulis tema-tema perubahan di dalam manajemen.

Cara berpikir Rhenald Kasali tampaknya setali tiga uang dengan beberapa pakar marketing. Setelah buku Re-Code diterbitkan, tak lama kemudian muncul buku berjudul Self-Destructive Habits of Good Companies: And How to Break Them karya Jagdish N Shets dan terbit di Amerika Serikat. Tak lama setelah buku Change! terbit, John Naisbit memublikasikan bukunya berjudul Mind Set! di Amerika Serikat. Tampaknya, keprihatinan Rhenald terhadap pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia juga menjadi perhatian serius para pakar marketing di level internasional.

"Karena saya berada di dalam dunia marketing dan saya mendalami bidang ini dengan sepenuh hati, tidak sulit menemukan tema-tema yang memang sedang menjadi persoalan," paparnya pula.

Apa yang ditulis adalah akumulasi dari teori-teori, pengalaman yang dijalaninya, serta pergaulannya yang luas. Di dalam buku Change! dikemukakan tentang keterlibatannya dalam memperbarui perusahaan-perusahaan yang beberapa di antaranya memasuki tahap krisis, seperti PT Indofarma dan PT Dirgantara Indonesia.

Selain itu, ia juga menjadi mitra kerja Prof Michael Porter dari Harvard University untuk mendorong perusahaan-perusahaan memperbaiki daya saing mereka. Buku Re-Code juga hasil pengalamannya melihat berbagai bangsa di dunia. Suku Masai di Kenya, Afrika, dan kaum Gypsi di kota Praha, Cekoslowakia, memberinya inspirasi tentang bagaimana seharusnya mengelola perubahan.

Rumah perubahan

Tidak cukup dengan mendorong perubahan bagi perusahaan-perusahaan, Rhenald Kasali juga membangun gerakan pembaruan di lingkungan tempat tinggalnya. Berbekal uang dari hasil penjualan buku-bukunya, ia membeli tanah sekitar 1 hektar di daerah Jati Murni, Bekasi, dan mendirikan apa yang disebutnya Rumah Perubahan.

Rhenald Kasali kini berteman akrab dengan sampah. Ia berhasil memecahkan masalah sampah yang menjengkelkan menjadi sebuah bisnis yang wangi. Semua tertuang di Rumah Perubahan Rhenald Kasali.

Rumah Perubahan (RP) ini disebut Rhenald Kasali sebagai sebuah powerhouse perubahan. Melalui Rumah Perubahan (RP), Rhenald mengubah sampah yang diambil dari lingkungan sekitarnya menjadi biomass dan juga kompos yang sangat menguntungkan.

RP milik Rhenald mengumpulkan sampah milik warga sekitarnya yang berlokasi di Jatimurni, Pondok Gede Bekasi. Tepatnya ada di belakang Gardu Induk PLN Pondok Rangon. Dalam kesempatan wawancaranya dengan detikFinance di RP, Rhenald buka-bukaan tentang buku terbarunya dan konsep RP yang sedang dirintisnya itu.

Ide RP ini muncul ketika Rhenald mendapati begitu kompleksnya permasalahan sampah. Apalagi ketika ada peristiwa warga tertimbun tumpukan sampah di Leuwigajah, Cimahi beberapa waktu lalu.

"Kok bisa seperti itu ya, saya sampai bingung dengan masalah sampah kita," ungkap Rhenald.

Keprihatinan Rhenald itu pun 'bertemu' dengan temannya yang juga jebolan FE UI bernama Hidayat. Rhenald mengkisahkan temannya itu sebagai orang yang sangat senang berkreasi menciptakan mesin-mesin unik. Dan salah satunya adalah mesin pengolah sampah itu.

Bagaimana proses pengolahannya? Sampah-sampah warga itu dikumpulkan dalam sebuah drum bekas yang sudah disulap menjadi tempat sampah. Setiap hari, sampah-sampah itu diangkut oleh petugas dengan sebuah mobil bak terbuka. Warga tak perlu repot-repot memilah-milah sampah. Semua sampah itu akan langsung diolah dengan mesin yang diciptakan oleh Hidayat itu.

Hasil dari olahan itu berupa biomass, kompos dan plastik-plastik. Untuk kompos komposisinya hanya sekitar 10-20%. Sementara plastiknya diolah lagi dan bisa dijual dalam keadaan yang sudah bersih.

Untuk hasil Biomass ternyata bisa menghasilkan energi hingga 7.000 kalori. Tak heran, Biomass produk RP ini langsung diminati oleh PT Indocement. Produk Biomass RP kini secara rutin telah disuplai ke Indocement.

"Karena ternyata industri semen itu adalah Waste Eater Industry. Segala macam mulai dari kayu bakar, cangkang sawit, ban bekas, sekam dll itu digunakan. Jadi mereka itu perlu bahan bakar," ungkap Rhenald mengungkapkan awal mula kerjasama dengan pabrik semen itu.

Anda jangan membayangkan RP seperti layaknya tempat penampungan sampah lainnya yang bau dengan lalat yang bertebaran. RP milik Rhenald jauh sekali dari kesan itu. Tanpa bau dan tanpa lalat. Bagaimana bisa?

Dalam konsep RP, sampah tidaklah ditumpuk. Sampah-sampah yang 'segar' alias baru diangkut langsung dicacah dan dipilah sehingga terjadi fermentasi.

"Jadi lalat pun tidak mau bertelur disitu," ujar Rhenald.

detikFinance yang melihat RP hanya bisa terpana. Di lahan RP seluas 700 meter itu terlihat bersih dan nyaris tanpa bau dan lalat. Lingkungan sekitar RP yang notabene kampung itupun terlihat bersih dan rapi. 'Seragam' tong-tong sampah Rumah Perubahan menghiasi lingkungan sekitarnya.

RP itu juga sekaligus menjadi wujud kepedulian Rhenald dan keluarganya terhadap lingkungan sekitarnya. RP itu mempekerjakan para anak putus sekolah, pengangguran, mantan narapidana dan para preman kampung. Jumlahnya sekitar 20 orang. Mereka dipekerjakan dengan sistem yang sangat simpel. Setor KTP, kerja dan pulang mendapat uang.

Meski secara bisnis hitung-hitungannya bisa sangat menguntungkan, namun Rhenald mengaku tidak berniat untuk mendulang keuntungan di tahap awal ini.

"Dalam tahap pengembangan, kami tidak akan mengambil keuntungan," tambahnya.

Namun demikian, jika bisnis ini berkembang dengan pesat, Rhenald berniat menggaji seseorang yang profesional. Rhenald berharap bisnis ini terus berkembang, sementara masalah lingkungan bisa terpecahkan, termasuk juga masalah pengangguran.

"Nanti saya jadi komisaris saja, yang lain biar dikerjakan oleh profesional," ujarnya sambil tergelak.